Enter your email address:


Jalu Sindentosca


Q & A Rolling Stone

26-12-08, 09:27


Jalu Hikmat Fitriadi sudah membuat lagu sejak tahun ’95. Lantas, pada tahun 2003 band yang didirikannya, sind3ntosca [untuk penulisan nama band, dia mengganti huruf E dengan angka 3], merilis album perdana tiduran tertidur + bertelur ++. Tahun 2007, dia merilis album yang bisa diunduh dari internet, sundaceltic. Tapi, titik cerah karir bermusiknya mulai terlihat setelah dia menyertakan lagu “Kepompong” dalam program Nu Buzz di Radio Prambors. Ketika datang untuk sesi rekaman, Jalu kaget mendengar aransemen “Kepompong” yang baru versi Krisna J Sadrach—yang diminta label untuk menggarap lagu itu. Karena merasa kasihan pihak label sudah menyewa studio, ia akhirnya mau juga bernyanyi dengan iringan aransemen baru. Meskipun kecewa, toh akhirnya kini Jalu Sind3ntosca mulai dikenal banyak orang.

Anda kecewa sama aransemen “Kepompong”?

Kalau dari sisi musikalitas sind3ntosca iya. Karena saya punya pakem sendiri, sind3ntosca tuh kayak gini gini. Kayak gimana ya? mungkin pattern nya nggak ketebak. Melodinya beda dari yang orang maenin. Nggak umum. Sedangkan aransemen yang baru lebih umum. Ngejar pasar lah. di situ kecewanya, kehilangan ciri khas dari segi musik. sementara saya pengen ngenalin ke masyarakat, ini loh musik sind3ntosca seutuhnya. Diracik lagi, nggak utuh kan. Saya juga nggak bisa begitu menyampaikan pesan, ini loh komposisinya sind3ntosca. Jadi, masyarakat belum tahu Sind3ntosca seperti apa. Iya tapi gara-gara ini, jalan. Ambil hikmahnya aja.

Pada saat apa, Anda merasa aransemen itu ada hikmahnya?

Hmmm, pada saat apa ya? mungkin pada saat banyak tawaran on air, manggung. Walaupun sebenernya saya sendiri, walaupun sebelumnya “Kepompong” yang original udah beredar dan banyak request. Jadi, bisa loh, lagunya jualan. Minimal, satu radio udah suka aransemen aslinya. Jadi, begitu ada aransemen baru saya minta ditarungin dengan aransemen lama, tetep menang aransemen lama request-nya. Tapi tetep dimasukin kompilasi, yang lama. Walaupun sempet mau dua-duanya. Akhirnya, kandas.

Perjuanganya berat buat memasukan versi yang asli?

Mungkin awalnya, saya nggak dikasih tahu. Begitu take vokal baru disodorin musiknya. Nggak dikasih tahu aransemennya ganti. Saya kaget. Akhirnya, saya take vokal aja, dengan satu syarat ditarungin dulu versi lama dengan versi baru. Tapi tetep yang dimasukin aransemen baru.

Kalau di panggung?

Bawain yang versi original. Fifty fifty lah. kalau di TV, bawain yang baru. Kecuali waktu itu di MTV Ampuh, bawain live versi original. Soalnya anak-anaknya juga nggak mau bawain aransemen yang baru. Nggak mau ngulik sedikit pun. Mereka nggak suka. Disodorin pun nggak mau.

Tapi, banyak orang malah jadinya suka sama aransemen baru

Jadi mungkin kebeneran aja sind3ntosca mah bukan band kebanyakan pada intinya.

Momen apa Anda sadar lagu itu banyak yang suka?

Mungkin pas begitu TV ngundang. Terus di Gen FM sering diputar. Begitu saya ketemu sama presenter, atau artis-artis, semua pada nyanyi “Kepompong.”

Apa rasanya?

Seneng aja, aneh. Gokil juga. [tertawa]. Terus pas ketemu presenter itu, masih canggung. Ketemu Luna Maya, Olga di acara Dahsyat, mereka nyanyi lagu itu. terus Project Pop. Bingung kan? Kok pada tahu? Besoknya lagi ke mana, semua pada nyanyi. Si Giring, Duta. Jadi begitu melekat ya. Baru ngeh di situ.

Waktu mengirim single itu ke Prambors, apa harapannya?

Iseng aja. Nggak berharap apa-apa. Lagian si “Kepompong” ini bukan lagu jagoannya. Saya punya album kedua yang belum rilis. Single-nya itu bukan “Kepompong” tadinya. Tapi pas didengerin ke temen-temen, pada nyuruh nyoba kirim lagu “Kepompong.” Soalnya emang si “Kepompong” ini, kalau diibaratkan lingkaran musik sind3ntosca, ada di pinggirnya. Yang lainnya, lebih njlimet.

Tapi dengan hitsnya si “Kepompong” jadi berpikir bahwa lagu yang laku dijual, yang ringan?

Tapi ya, kembali lagi saya sendiri orangnya tetep aja saya. oke ini jualan si “Kepompong” tapi the next single, mau bikin apa? Emang susah juga bikin lagu kayak “Kepompong” ternyata. Kalau saya gini sih, bikin musik tuh nggak diniatin. Jadi itu ada aja. Keilhamin. Liriknya juga gitu. Sembilan puluh persen saya bikin musik begitu. Kalau sengaja disuruh bikin musik, saya malah bingung. Nggak tahu, dari dulu gitu aja. Semua mengalir.

“Kepompong” ini tentang apa sih?

Intinya sih persahabatan. Jadi, itu liriknya yang dulu kita sahabat teman begitu hangat. Dulu kan gua tuh ngeband sama si risa, sepupu gua. Musuhan sama dia, pas gua lagi bikin lagu itu. judul “Kepompong” kayaknya lucu ya. tentang apa nih? Bingung. Tapi catchy aja di kuping. Dulu pengen bikin band namanya Kepompong. Akhirnya jadi lagu. ya dari situ sih, musuhan. Kerasa kalau sahabatlu nggak ada, di mana nih orang? Inspirasinya dari situ. Lirik tengahnya, diibaratkan gua sama si risa, ulat. Bersahabat. Namanya Kepompong. Berubah jadi ulat. Jadi persahabatan itu harusnya berubah menjadi sahabat-sahabat tuh jadi lebih baik, seperti kupu-kupu. Ribet nggak? [tertawa].

Anda bilang, “Kau jauhi diriku karena sesuatu. Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan.” Memang, apa yang Anda lakukan?

Hayooo apa hayoo? Itu banyak orang yang nanya juga. Emang lu apain dia? [tertawa]. Sebenernya gini, inti ceritanya sih dia ngerokok. Gua kan nggak. dan gua selalu peduli sama sepupu gua. Marah-marahin dia, selalu ngomongin “Cewek jangan ngerokok dong!” nah itu ekstrim. Gua bertindak kejauhan. Terlalu bikin dia bete, marahinnya. Intinya itu. terus, banyak yang bilang gini, kok sayang-sayangan sih? Banyak yang bilang, elu gay ya? [tertawa]. Nggak banyak yang tahu, lagu itu tentang cowok dan cewek. Karena sahabat kesannya sesama jenis. Terus, kayak lagu “Sebatas Sahabat” banyak yang ngira gua gay juga. padahal, gua ngomong sama cewek kok.

Sering dikira gay?

Nggak sering sih. Cuma ada. Ah bodor. Ya udah, jelasin.

Tapi Anda cukup androgini juga. Namanya Jalu, punya band namanya Sinden dan tosca kan warna lembut, Anda juga penggemar Dolores O Riordan.

[tertawa]. Intinya sih, gua suka yang unik. Nama yang unik. Aneh di kuping. Ear catchy. Eh, aneh nih namanya. Padahal, Cuma nama Sinden disatuin sama Tosca. Terus, apa artinya gua cari sendiri kan. Sinden mewakili karakter musik gua yang agak ada etniknya, dan kadang suka nyanyi falsetto. Tosca kan campuran warna biru sama hijau. Biru itu langit hijau itu daratan. Kalau sudah sukses setinggi langit, jangan lupa daratan. Prinsip keseimbangan. Menuju ke situ, bukan berarti saya sudah begitu. mudah-mudahan ke situ terus.

Sinden kan julukan penyanyi cewek.

Kebanyakan, tapi ada cewek juga.

Kenapa suka Dolores?

Dia punya vokal yang sangat kayak angel. Kalau dia udah keluar falsetto nya, udah deh nyentuh kena hati gua. Bikin yang ngedengerin tuh, badannya derrr derrr.

Tapi jarang loh lelaki suka Dolores

Kenapa jarang? Soalnya ini banyak kan, penyanyi cewek. Gua dengerin tapi nggak ada yang ngena. Satu-satunya si Dolores yang bikin waaah gua pengen bikin lagu. dia yang bikin gua semangat.

Siapa yang mengenalkan pada Dolores?

Sendiri sih. Gua dulu dengernya lagu “Dreams” tapi nggak tahu itu suara siapa, ada aaa aaa [menirukan suara Dolores]. Setahun kemudian, keluar yang “Zombie” gua beli deh CD-nya. Si kakak yang bilang, mau beli sekalian CD album pertamanya. Pas gua beli, disetel ada lagu “Dreams.” Ooh ini, pantesan gua suka. Ya udah dari situ gua ikutin.

Maklumi teman hadapi perbedaan apa hubungannya dengan kepompong?

Jadi kan si persahabatan ini sudah dijadikan kepompong. Persahabatan bagai kepompong. Proses menuju jadi lebih baik, jadi kupu-kupu. Itu prosesnya. Di dalam situ, lu harus maklumi temenlu, hadapi perbedaan temenlu, ketika bersahabat itu, diibaratkan geng kepompong. Asalnya ulat kan, bikin gatel orang. Pengen nonjok. [tertawa]. Ada yang nanya juga, tapi kebanyakan jarang ada yang nanya. Nggak tahu udah ngerti, nggak tahu nggak peduli.

Di antara sekian banyak perumpamaan kenapa milih kepompong? Nantinya kupu-kupu terbang masing-masing.

Walaupun masing-masing tugasnya ngambil sari bunga. Proses illahiah yang sangat indah. Gila lah kalau dilihat sejak dari ulat, terus jadi kepompong dan jadi kupu-kupu. Allahu akbar lah. bener-bener the best. Jadi persahabatan itu harus begitu. sekarang kan banyak geng apa segala macem. Makanya Jalu jarang gaul. Bukannya nggak mau. Jalu udah nyoba, kadang suka ada yang aneh aja. Ngajak-ngajak aneh lah. Pusing.

Paling aneh apa?

Minum. Ngobat. Terus Jalu kan nggak ngerokok. Tapi kalau kumpul-kumpul kan ada asep rokok, suka nggak kuat. Jadi pulang.

Anda introvert?

Bisa. Memang gitu sih dari dulu. lebih nyaman untuk..daripada ribut lah. gua nggak nyaman mereka nggak nyaman. Jadi ya udah, ketemu aja bentar. Terus pamit. Gua sahabat nggak banyak, temen juga nggak banyak.

Menjaga jarak?

Gua selalu mencoba. Kalau ada lingkungan baru, gua selalu nimbrung. Lama-lama nggak kuat. Pengap lah. tapi awalnya berusaha untuk nimbrung dulu. kenal-kenal. Udah lama, udah cukup. Entar lagi aja ketemuan, kalau nggak online aja.

Lebih nyaman komunikasi lewat internet?

Nggak lebih nyaman juga. keadannya aja jadi kayak gini. Lebih nyaman komunikasi tatap muka. Cuma kalau mereka udah ngerokok.

Kalau di pergaulan seberapa sering orang nawarin Anda minum dan merokok?

Awalnya mungkin ya. tapi begitu tahu gua nggak, akhirnya ngehargain. Ada juga yang bilangnya air putih nawarin ke gua, tahunya bukan. Intinya sih, nyari yang nyaman aja. Dalam bermusik juga begitu. kalau mood-nya nggak ada, nggak maksain bikin musik. makanya saya sendiri nggak ngerasa kayak musisi. Kayak apa ya, biasa aja. Suka maen game, sementara ada deadline musik, cuek aja.

sind3ntosca itu konsepnya?

Awalnya band. Tapi dari awal banget, musiknya Jalu yang bikin. Gua bawa lagu, temen-temen tinggal ngulik. Tapi akhirnya split, tinggal gua sama Risa. Akhirnya sayang. Bingung sendirian. Akhirnya jalanin sendirian. Lagian kalau mau ngambil yang lain juga, ribet. Sendiri aja. Pengen sih punya additional tetap, yang siap diajak main.

Bikin musik lebih enak sendiri?

Iya. Soalnya saya sendiri udah ngotak ngatik lagu sendiri. Udah cukup gitu. Sampai ada yang lima tahun diutak atik. Begitu keluar diutak atik lagi, kesel. Jadinya one man band.

Makanya waktu lagunya diobrak abrik sakit hati

Mungkin caranya. Kalau misalnya dari awal tahu lagunya mau diobrak abrik, oke dengerin dulu. ini nggak. udah ada aransemennya, fix. Di situ sebenarnya. Bukan soal diutak atiknya.

Sempet ngomong ke Krisna Sadrach soal kekecewaan itu?

Yang tanggungjawab kan bukan dia, tapi labelnya. Dia cuma korban aja, kayak gua. Waktu itu gua dieeem aja, nggak ngomong. Krisna paling nge-direct doang. Ikutin aja. Mungkin dari situ juga saya pengen tahu, sebatas apa sih mentoknya sama orang-orang? Saya dulu kan orangnya keras, wah nggak mau! Begitu itu, ah ya udahlah. Gimana sih rasanya kerajasama dengan orang? Diikutin lah. di tengah-tengah take vokal, minta ubah lirik. Ubah lirilk? Waah dua jam itu gua nyari. Asalnya looping kan. Sekarang ada semua yang berlalu biarkanlah berlalu. Pas udah jadi, eh disuruh take aja. Artinya apa? Nggak tahu. Nggak dalem liriknya. Susah soalnya. Gua nggak bisa digituin. Tapi nyantai aja, oh ada lirik nih. Kalau disuruh makin susah.

Ada berapa bait lirik yang dibikin di studio?

Semua yang berlalu biarkanlah berlalu seperti hangatnya mentari... ada empat baris lah.

Itu dua jam bikinnya?

Sejam setengah yang bener-bener blank. Akhirnya keluar itu, jadi udahlah yang udah mah udah. Itu kan ceritanya lagi musuhan. Kita bersahabat lagi, hangat lagi. Siang berganti malam sembunyikan sinarnya. Jadi, perputaran matahari siang jadi malam. Ya udahlah, udah musuhan entar juga sobat lagi.

Berarti lagu “Kepompong” dibuat dengan sedikit perasaan marah?

Iya. Pada saat itu lagi kesel. Udah gitu udah beres. Take vokal. Terakhirnya ada lagi, disuruh nananana nanana. Kesel. Tapi ngikutin.

Kenapa tak ada posisi tawar yang lebih gede

Mungkin dari tim manajemen Jalu juga nggak bisa ngelindungin. Bukan manajer sekarang tapi. Jalu kan blank hal-hal kayak gini. Harusnya ada yang bisa ngelindungin. Itu kan aturan musik diubah, dikontrak juga ada. Ini nggak pake ijin.

Butuh berapa lama take vocal?

Dari jam empat sore sampe jam sembilan malam. Udah lah terserah akhirnya, nananan nanana. Gitu aja, “Jalu nananana nanana ya. atau mau lalalala lalala?” udah lah nana nana aja. Sebelum take vokal juga mikir, aduh males kan take vokal sama lagu yang baru. Akhirnya saya mikir, ah kasian lah mereka udah nyewa studio, mahal. Padahal kan kalau gua keras bisa gua tinggalin ke Bandung. Dan itu belum tandatangan kontrak. Gua free banget. Harusnya tandatangan dulu kan. Baru take vokal, eh dibilang entar aja. Nggak ngerti juga.

Manajemennya belum paham ya

Padahal dia yang baca kontrak.

Apa yang kepikiran waktu take vokal?

Kedengeran kan di lagunya, nggak semangat. Yang lebay. Banyak yang bilang, elo kok take vocalanya gitu sih? Di lagu aslinya semangat. Emang gua lagi bete.

Sebenernya lagu ini bukan yang keluar dari hati ya?

Nah itu. kan kita pengen ya, take vokal dengan semangat. Harusnya lagu semangat kan, ceria. Kan kontradiksi banget. Terus gua bingung, kenapa mereka nggak minta take vokal lagi? pas gua tanya ke orang-orang, semua bilang emang nggak bagus. Nggak semangat.

Itu berapa kali take?

Bentar sih pas take mah. Paling ulang-ulang pas, Jalu kan udah cape, pas persahabatann nya suka miss. Paling diulang. Dan sebelumnya udah berkegiatan dari siang. Jalu biasanya take vocal di rumah udah mandi. Seger. Kalau udah sore, udah males. Besok pagi aja. Emang powernya nggak keluar. Sementara ini nggak bisa. Udah disewa kan studionya. Ini udah cape, dan sebelumnya udah makan, padahal gua pailng nggak bisa take vokal udah makan. Jadi latihan dulu, jam limaan lah. magrib kan, makan. Jadi yang wah, sayang. Dari awal udah nggak bener nih.

Hasilnya malah memuaskan secara jualan

Iya. Nah itu juga sih, ya tahu lah pasarnya kayak gini. Takut sebenernya. Takut bahwa si kepompong ini bukan yang bener-bener bagus. Mungkin dari vokal kurang. Dari aransemen. Terus, ya ada ketakutan sampai diterima di pasar kayak gini, sebenernya bagus nggak sih kepompong?

Ada ketakutan orang jadi kaget setelah denger musik sind3ntosca yang sebenernya?

Memang jarang yang sama musiknya sind3ntosca mah sama si kepompong. Jadi ya bingung juga. setelah kepompong mau ngapain? Terus mungkin dari temanya persahabatan, banyak yang feedback ke jalu, kebanyakan sih mereka senengnya selain dari nada, liriknya tentang persahabatan kayak yang, ada ngomong, wah karena kepompong gua nggak jadi musuhan lagi sama sahabat. Jadi ada reunian sama sahabat. Feed back nya tuh bener-bener kebanyakan nyatuin temen-temen. Itu kan bener-bener ngena. Mungkin dari situ, mungkin kalau temanya bukan persahabatan, nggak akan kayak gitu hasilnya. Jadi, bersyukur sih di situ. Wah gila, orang-orang sampai bershaabat lagi sama temennya.

Meskipun awalnya dibuat dengan tak senang

Kembali lagi, oke dari awal tuh udah ditentuin dari atas prosesnya. Jalu lu mesti ngadepin gini gini gini, biar lu tahu ngerasain. Toh. Akhirnya juga ada hikmahnya. Bener-bener jadi bikin kebuka juga.

Krisna harus dianggap sebagai teman, maklumi teman hadapi perbedaan

Ya ya begitu. pada akhirnya mungkin gitu. Ya jalu nggak mau nganggep dia musuh. Itu aja. Jadi semuanya bisa diterima. Ada hikmahnya kan. Jadi harus makan omongan sendiri. Semuanya ambil hikmahnya aja, udah beres. Ujung-ujungnya semua jadi kupu-kupu. Asik lah, kalau semua pikirannya positif terus. Enjoy



0 comments:

Post a Comment

MyLangit Theme By ArpitNext
Copyright © 2008 Bloggerized by : GosuBlogger | Inspired By Langit : Eches